KONFERENSI Wilayah NU Jawa Timur akan digelar mulai Jumat, 31 Mei
sampai 2 Juni 2013 di Pondok Pesantren Bumi Shalawat, Tulangan,
Sidoarjo, diharapkan jadi momen penting bagi NU Jatim sebagai basis
massa NU terbesar di Indonesia untuk melakukan perubahan dan perbaikan
di tubuh organisasi.
Kegiatan ini untuk merumuskan dan menetapkan beragam kebijakan strategis terkait penataan organisasi secara internal.
Juga perumusan program-program keummatan dan reaktualisasi peran dan posisi NU di tingkat lokal serta bagaimana sikap dan rekomendasi NU terkait persoalan-persoalan mendasar sekaligus aktual yang tengah terjadi di Jatim.
Juga perumusan program-program keummatan dan reaktualisasi peran dan posisi NU di tingkat lokal serta bagaimana sikap dan rekomendasi NU terkait persoalan-persoalan mendasar sekaligus aktual yang tengah terjadi di Jatim.
Mengenai
calon pimpinan NU Jatim akan berhati-hati dalam memilih dan memilah
agar terjadi perubahan dengan dampak positif terhadap organisasi. Untuk
itu, pihak-pihak eksternal jangan mencampuri urusan NU, baik Parpol
maupun penguasa,” tambahnya.
NU sudah berumur 90 tahun, sehingga kadernya sudah matang dalam menghadapi segala intervensi dari pihak luar.
Mengenai
kandidat Pimpinan yang mempunyai hak suara hanya 44 cabang NU se Jatim
baik Syuriah dan Tanfidziah. Kader NU terbaik sudah mulai bermunculan.
Biasanya kader NU tidak akan mencalonkan, namun bila diberi amanat kiai
dan cabang, mereka siap menjalankan amanah tersebut. Meski tidak diatur
didalam peraturan, di NU biasanya tidak biasa dan tidak etis mencalonkan
diri sebagai kandidat.
Nama yang sudah dibicarakan para kiai dan
cabang dalam beberapa pertemuan adalah Dr KH Husnul Khuluq (Ketua PCNU
Gresik), Dr KH Abdurrahman Syamsul Arifin/Gus Aab (Ketua PCNU Jember, KH
Abdurrahman Usman (Mantan Ketua PCNU Jombang). KH Syaiful Chalim (Ketua
PCNU Surabaya), KH Marzuki Mustamar (Ketua PCNU Malang).
Sedangkan
di tingkat PWNU adalah KH Mutawakkil Alallah (Ketua PWNU), H Masyhudi
Muchtar (Sekretaris PWNU Jatim saat ini),H Kikin Abdul Hakim (Bendahara
PWNU Jatim saat ini)
Memang, ketua tanfidziyah banyak
diperdebatkan. Seperti posisi ketua banyak kiai dan cabang menginginkan
NU harus dipimpin seorang yang menguasai manajerial organisasi yang
bagus dan kalau biasa sudah mapan secara finansial sehingga NU tidak
dapat di intervensi oleh pihak luar baik politik dan kekuasaan.
Seperti
pada zaman Rois Akbar dan Pendiri NU KH Hasyim Asyari, ketuanya adalah
Hasan Gipo atau Hasan Basri adalah bukan seorang kiai tetapi saudagar
kaya sehingga NU sangat mandiri secara financial dan penguasa tidak bisa
intervensi.
Berkaca dari sinilah para kiai berharap perubahan
bisa terjadi di NU Jatim. Maka saat ini, nama H Kikin Abdul Hakim dan H
Masyhudi Muchtar banyak dibicarakan para kiai untuk menjadi ketua PWNU
periode 2013-2018.
Pasalnya, H Kikin Abdul Hakim merupakan cucu
langsung KH Hasyim Asyari dan seorang saudagar/pengusaha yang mapan dan
berlebih secara financial. Sehingga PWNU Jatim kedepan tidak mudah di
intervensi ataupun minta di intervensi penguasa. Sedangkan H Masyhudi
merupakan organisatoris NU sejak muda serta santri Pendiri NU KH Hasyim
Asyari PP Tebu Ireng Jombang.
Sehingga, loyalitas terhadap NU
tidak diragukan. Namun hasilnya ke depan diserahkan kepada cabang.
Untuk itu, para kiai berharap cabang benar-benar secara selektif memilih
ketua, tanpa tekanan, intervensi luar serta imbalan.
Berbeda
dengan tanfidziah, posisi Rois Syuriah PWNU Jawa Timur tidak banyak
diperdebatkan. Karena menurut tradisi NU Rois merupakan jabatan
tertinggi di NU sehingga biasanya selama rois masih mampu memimpin maka
tidak ada yang mencalonkan.
Apabila rois sekarang mau diganti, maka rois yang bersangkutan akan menunjuk calon rois lain. Untuk itu, Rois Syuriah PWNU Jatim kemungkinan bakal tetap dipegang KH Miftahul Ahyar, pengasuh Ponpes Miftachussunah Kedung Tarukan, Surabaya.
Apabila rois sekarang mau diganti, maka rois yang bersangkutan akan menunjuk calon rois lain. Untuk itu, Rois Syuriah PWNU Jatim kemungkinan bakal tetap dipegang KH Miftahul Ahyar, pengasuh Ponpes Miftachussunah Kedung Tarukan, Surabaya.
Mengenai
Konferwil minggu depan kemungkinan besar akan menggunakan pilihan
langsung, yakni One man one vote. Namun, bisa saja gabungan dengan
menggunakan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi apabila dimasukkan kedalam
tatip (Tata Tertib) konferwil.
Pelaksanaanya akan diproteksi secara ketat karena NU Jatim sadar dengan basis terbesarnya di Jawa Timur pastilah akan mengundang banyak perhatian publik untuk terlibat dan intervensi dalam kegiatan ini.
Pelaksanaanya akan diproteksi secara ketat karena NU Jatim sadar dengan basis terbesarnya di Jawa Timur pastilah akan mengundang banyak perhatian publik untuk terlibat dan intervensi dalam kegiatan ini.
Untuk itu, jangan sampai nantinya
NU Jatim dipimpin oleh orang yang mengutamakan kepentingan-kepentingan
pribadi atau kelompok tertentu, apalagi bila NU dimanfaatkan demi
kepentingan politik semata. Baik Pilgub Jatim, Pileg dan Pilpres.
NU
Jatim berharap terpilih pimpinan yang mengutamakan organisasi NU dan
menjaga Nilai-nilai ukhuwah Nahdliyah (persaudaraan sesama warga NU),
Ukhuwah islamiyah persaudaraan sesama kaum muslimin), ukhuwah
wathaniyah, (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah
(persaudaraan kemanusiaan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar