Senin, 08 April 2013

PWNU Jabar: Biar Masjid NU Aman, Jadikan Sebagai Sekretariat NU.


PWNU Jabar: Biar Masjid NU Aman, Jadikan Sebagai Sekretariat NU.DUTAonline, Purwakarta - Wakil Ketua PWNU Jawa Barat KH HM Jhondien mengatakan, masjid-masjid NU harus dijadikan sebagai pusat kegiatan umat dan warga Nahdliyin. “Jika tidak begitu, maka masjid-masjid NU bisa lepas ke pihak-pihak lain,” ujarnya dalam Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Lembaga Ta mir Masjid PCNU Purwakarta, di Pondok Pesantren Assalam, Sempur, Purwakarta, Jabar, Ahad (7/4).

Rapimda bertema "Wujudkan masjid sebagai pusat pemberdayaan umat" ini dihadiri 200 imam, khotib, dan ta'mir masjid NU. Kegiatan terselenggara atas kerjasama PC LTMNU Purwakarta, PP LTMNU, dan PT Sinde Budi Sentosa.

Persoalannya, sambung kiai kelahiran Subang ini, mereka biasanya bukan hanya shalat, tapi menguasai masjid, kemudian membuang kebiasaan-kebiasaan jamaahnya. “Mereka menyimpan khotibnya, lama kelamaan mimbar, tongkat dan tradisi NU dibuang,”tambahnya.

Menurut Jhondien, salah satu cara mengamankan masjid milik NU yang sesuai amanat Muktamar NU di Makassar, bahwa masjid Nahdliyin harus dijadikan sebagai sekretariat NU tingkat Ranting. Ia memberikan catatan, bahwa yang bisa dijadikan semacam itu adalah masjid-masjid yang didirikan dan dikelola jemaah NU.

Sementara itu, Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F. Masudi menegaskan supaya memaksimalkan fungsi masjid untuk pemberdayaan. Ia menyarankan supaya serambi masjid sebagai ruang hablum minan nas (pemberdayaan umat), sementara ruang dalam hablu minaAllah (shalat).

Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F. Mas udi mengatakan, pada zaman Hadrotuys Syekh KH Hasyim Asy ari gerakan Islam anti-tradisi sudah ada, dan merembes ke Indonesia, tapi pusatnya masih di Makkah.

Mereka adalah kelompok Wahabi. Gerakannya yang paling kentara adalah memberangus halaqah-halaqah pengkajian Islam di pojok-pojok masjid.

Tidak hanya itu, mereka akan menghancurkan makam Nabi Muhammad SAW dihancurkan.

Umat Islam Indonesia resah dengan kebijakan Wahabi tersebut. Kiai-kiai NU dibawah komando KH Hasyim Asy ari membentuk Komite Hijaz. Isinya meminta supaya makam Nabi dan tempat bersejarah jangan dihancurkan.

Alasannya, karena tempat itu adalah atsar (petilasan) yang menyambung kesadaran beragama dengan sejarah. Bagi orang Ahlussunah wal-Jamaah sangat penting. Alasan kedua, kebebasan bermazhab juga harus dilestarikan dalam kajian halaqah-halaqah di masjid Al-Haram dan Nabawi.

Permintaan kiai-kiai NU itu hanya satu, yaitu tidak menghancurkan makam Nabi. Dengan demikian, jika umat Islam di dunia, melihat makam Nabi, itulah perjuangan orang NU.  Perjuangan monumental dunia Islam tahun 1924.

Nah, sekarang, Wahabi itu sudah ada di  kanan kiri kita, dan sudah menendang-nendang pantat kita, kata Kiai Masdar. Maksudnya, mereka sudah merebut masjid-masjid yang didirikan dan dikelola warga NU.

Jika orang NU membiarkan mereka seperti itu, berarti berkhianat kepada perjuangan kiai-kiai NU dibawah komando KH Hasyim Asy ari. Apa kita mau dikatakan berkhianat kepada Hadrotusy Syekh? tanyanya, tentu saja tidak mau.

Penulis: Huda, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar